Jordi adalah anggota sebuah geng yang terkenal garang dan brutal. Sudah tak terhitung berapa banyak geng tersebut melakukan tindak kriminal, tak terkecuali Jordi. Suatu hari saat sedang melaksanakan aksi kriminalnya, mencuri di sebuah toko, tak sengaja Jordi bertemu dengan Rina yang sedang berbelanja di toko tersebut. Pertemuan pertama meninggalkan kesan tersendiri bagi Jordi. Sedangkan Rina sedikit trauma dengan kejadian yang dialaminya saat berbelanja di toko tersebut, sehingga tak pernah lagi menginjakan kaki di toko itu.
Suatu hari, Rina sedang berjalan disebuah taman sendirian, beberapa laki-laki datang menggodanya. Rina berteriak meminta tolong. Tak lama datang seorang laki-laki, gerombolan pemuda tersebut meninggalkan Rina setelah mengetahui bahwa laki-laki itu adalah salah satu anggota geng yang terkenal. Rina berterima kasih kepada laki-laki yang bernama Jordi. Singkat cerita mereka kemudian dekat. Rina tidak mengetahui siapa Jordi sebenarnya hingga suatu hari saat Rina sedang berjalan, dia melihat pemandangan yang menyakitkan. Rina melihat dengan jelas bagaimana Jordi mengacungkan pisau yang dipegangnya kepada seorang wanita tua yang membawa tas besar sesaat setelah wanita tersebut keluar dari bank. Rina berlari tanpa mampu menolongnya.
Sekuat tenaga Rina menghindari Jordi setelah kejaian itu. Panggilan masuk dan pesan yang dikirim Jordi pun sengaja diabaikan olehnya. Jordi merasa bingung dengan sikap Rina yang tiba-tiba berubah. Jordi memutuskan untuk menemui rina. Lalu mereka bertemu di taman tempat pertama kali Rina bertemu Jordi.
"Kenapa denganmu, Na? Apa aku melakukan kesalahan?" Jordi bertanya tanpa basa-basi. Jordi merasa masalah ini harus segera diselesaikan karna Jordi merasa kehilangan sosok wanita yang beberapa lama ini mengisi hatinya.
"Jauhi aku. Mulai sekarang jangan pernah menghubungiku lagi" Ucap Rina sambil berusaha menahan air matanya.
"Tapi kenapa? Kasih aku alasannya, Na. Kamu bikin aku bingung sekarang." Suara Jordi terdengar frustasi. Pertahanan Rina goyah, dia menangis.
"Katakan sejujurnya kenapa kau merampok wanita tua itu?!" Rina berteriak sambil terisak.
Pilu. Itu yang dirasakan Jordi saat mengetahui alasan Rina menjauhinya. Rina telah mengetahui seperti apa dirinya. Melihat Rina menangis, Jordi semakin merasakan pilu.
"Maafkan aku selama ini berbohong kepadamu. Itu adalah salah satu pekerjaanku. Aku adalah salah satu anggota geng yang juga merampok toko saat kau sedang berbelanja dulu."
Deg! Rina berhenti menangis dan teringat kejadian di toko itu.
"Kalau begitu, jauhi aku." Rina menguatkan diri untuk tidak menatap mana Jordi. Laki-laki yang sudah memberikan keceriaan dihidupnya beberapa waktu lalu.
"Aku ngga mau! Sekuat apapun kamu melarangku, aku ngga akan pernah ngejauhin kamu. Aku tahu aku adalah laki-laki yang bejat, jahat, dan hina. Tapi aku juga punya hati. Dan hati ini sudah menunjuk kemana tujuannya. Itu kamu, Na!" Suara lembut dan tegas Jordi mengalir begitu saja, semua yang dikatakannya itu adalah jujur dari hatinya.
"Tapi aku ngga bisa. Tindakanmu itu membuatku ketakutan. Sekalipun aku tak melihatnya secara langsung."
Jordi menghampiri Rina dan menggenggam tangannya. "Aku ngga mau, Na."
Rina menatap laki-laki yang dicintai nya itu. "Kalau begitu, kau harus memilih. Aku atau geng mu itu? Dewasalah, kita sama-sama sudah dewasa."
Jordi terdiam cukup lama, membuat keheningan panjang diantara keduanya.
"Aku ngga bisa. Dua hal itu sangat berarti bagiku. Aku ngga bisa. Ngga bisa, Na." Jordi menggeleng lemah, pilihan itu sangat sulit bagi Jordi.
"Mana yang lebih membuatmu bahagia? Apakah bersama gengmu itu? Jika iya, maka aku yang akan mundur."
"Tapi, Na.."
"Kau ragu. Itu berarti kau memilih gengmu itu." Rina memotong ucapan Jordi. "Selamat tinggal dan terimakasih untuk beberapa waktu yang lalu." Ujar Rina sambil berjalan meninggalkan Jordi. Ya, Rina akan meninggalkan Jordi.
Perasaan Jordi diliputi kebingungan yang amat sangat. Dia tak mungkin meninggalkan kelompok yang sudah seperti keluarganya itu, dan dia juga tak mungkin meninggalkan Rina yang sudah berhasil mencuri hatinya. Rina adalah gadis pertama yang berhasil membuatya jatuh cinta. Bahkan Jordi baru tau seperti apa rasanya jatuh cinta.
Lama berpikir, Jordi akhirnya membuat sebuah keputusan. Jordi tahu dia harus merelakan salah satunya.
Rina masih merasakan sakit hati meski kejadian itu sudah terlewat. Masih teringat dengan jelas bagaimana bahagianya dia saat bersama Jordi. Tapi keputusan Jordi sebulan yang lalu seakan menyetakannya secara kasar ke tanah. Laki-laki yang dicintainya lebih memilih kelompoknya. Memang itu bukanlah salah Jordi sepenuhnya karna Jordi juga berhak memilih, Rina hanya merasa kecewa.
Rina lalu berjalan ke taman tempat pertama kali Jordi menolongnya. Tepat sebulan yang lalu, mereka berpisah ditempat mereka pertama bertemu. Taman itu menyimpan kenangan yang banyak bagi Rina. Taman itu menjadi tempat tandasnya kisah cinta dia dan Jordi.
Rina berjalan menuju salah satu kursi yang dulu di duduki oleh mereka. Kenangan akan kebahagiaan dulu perlahan mulai berputar. Rina menutup matanya agar lebih bisa menghayati kenangan itu.
"Ekhem." Suara berdeham itu menganggu kegiatan Rina, dia lalu membuka mata dan melihat kearah suara itu berasal. Lalu terkejut.
"Sudah lama ya kita tak duduk di kursi ini. Aku merindukannya." Seseorang disamping Rina mulai berbicara sambil menatap langit, mengenang saat dulu. Rina masih terdiam tanpa berniat mengeluarkan suara. Dia masih terlalu kaget melihat sosok yang sekarang duduk disampingnya.
"Bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu. Amat sangat rindu." Sosok itu tersenyum memandangi Rani.
"Baik." Jawab Rani sambil memalingkan wajahnya, menghindari bertatapan dengan sosok itu.
"Rina..." panggil sosok itu.
"Untuk apa kau kembali, Di? Aku sudah berhasil melupakanmu." Rina menatap sosok itu. Dan juga membohongi dirinya. Bagaimana bisa aku melupakanmu, kau terlalu sulit dilupakan, Di. Rina berkata dalam hati.
"Maaf kan kebodohanku dulu, Na. Maaf aku baru menemuimu sekarang. Maaf aku tak melakulan apapun untuk mempertahankanmu dulu. Maaf aku terlalu bodoh dan lama untuk berpikir. Dan maafkan aku terlalu egois untuk memilih semuanya. Maafkan aku membohongimu dan menyembunyikan kenyataannya. Maaf kan aku jika kata maaf saja tak cukup. Maaf, Na. Kumohon bisakah kita seperti dulu lagi?" Jordi mengenggam tangan Rina. Ingin rasanya Jordi memeluk Rina, memberikan ketenangan, kehangatan, dan kenyamanan seperti dulu kalau saja Jordi tak pernah menyakiti hati Rina.
"Aku sudah meninggalkan geng itu seminggu setelah kita berpisah." Lanjut Jordi.
"Kenapa kau baru menemuiku sekarang?" Tanya Rina. Tak tahukah dia bahwa aku sudah menunggu terlalu lama?
"Aku harus berkerja agar bisa terus bertahan hidup. Segala yang berhubungan dengan geng itu sudah kubuang. Termasuk harta yang kumiliki. Aku tak mungkin menemuimu dengan statusku yang tak mempunyai apapun. Aku harus setidaknya memiliki penghasilan." Terang Jordi.
"Kau bodoh." Ucap Rina.
"Ya, aku memang bodoh." Jordi meng-iya-kan perkataan Rina yang membuat Rina menangis. Jordi lalu memeluk Rina.
"Maafkan aku.." Sambil terus memeluk, Jordi mengucapkan permintaan maaf berkali-kali.
"Berhentilah meminta maaf. Aku tak akan memaafkan mu!" Rina melepaskan pelukan Jordi.
"Lalu aku harus bagaimana agar kita bisa seperti dulu lagi?" Tanya Jordi putus asa.
"Mulai lah dari awal sebagaimana kita dulu pertama bertemu." Ucap Rina sambil tersenyum penuh arti. Jordi memahami itu lalu kembali memeluk Rina. Mulai saat itu, mereka memulainya kembali. Jordi berjanji tak akan meninggalkan apa yang sudah diperjuangkannya itu.
Dua bulan kemudian, mereka berjalan-jalan kembali di taman itu. Saat sedang berjalan, entah karna apa Jordi terjatuh. Rina segera ikut berjongkok didekat Jordi.
"Kau tak apa? Ada yang sakit?" Tanya Rina khawatir.
"Tidak, aku tak apa. Tapi..."
"Tapi apa? Kau terluka?" Rina semakin khawatir.
"Tidak. Tolong bantu aku berdiri"
Rina membantu Jordi berdiri. Dan benar, dia tidak terluka atau apapun. Mereka kembali berjalan. Tiba-tiba Jordi berhenti melangkah. Rina yang menyadari Jordi tak berjalan disisinya langsung membalikkan tubuhnya.
"Ada apa?" Tanya Rina.
"Sepertinya aku menginjak sesuatu." Jawab Jordi sambil berjongkok.
"Apa yang kau injak?" Rina menghampiri Jordi.
"Ini." Jordi menunjukan sebuah cincin. "Menikahlah denganku." Jordi mengenggam tangan Rina yang masih terkejut dengan apa yang diperbuat Jordi.
"A.. Aku mau" Ucap Rani tergagap. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Matanya terasa perih dan memaksa butiran air mata mengalir. Rina terharu.
Jordi menyematkan cicin ke jari Rina. Lalu mencium punggung tangan Rina. Dan berdiri.
"Terimakasih" Ucap Jordi sambil memeluk Rina. Mereka berbahagia.
Taman itu benar-benar menjadi saksi cinta mereka. Bagaimana mereka bertemu, menjalani hari, bertengkar, berpisah, lalu memulai kembali, sampai mereka meresmikan hubungan dalam ikatan pernikahan.
"Kenapa denganmu, Na? Apa aku melakukan kesalahan?" Jordi bertanya tanpa basa-basi. Jordi merasa masalah ini harus segera diselesaikan karna Jordi merasa kehilangan sosok wanita yang beberapa lama ini mengisi hatinya.
"Jauhi aku. Mulai sekarang jangan pernah menghubungiku lagi" Ucap Rina sambil berusaha menahan air matanya.
"Tapi kenapa? Kasih aku alasannya, Na. Kamu bikin aku bingung sekarang." Suara Jordi terdengar frustasi. Pertahanan Rina goyah, dia menangis.
"Katakan sejujurnya kenapa kau merampok wanita tua itu?!" Rina berteriak sambil terisak.
Pilu. Itu yang dirasakan Jordi saat mengetahui alasan Rina menjauhinya. Rina telah mengetahui seperti apa dirinya. Melihat Rina menangis, Jordi semakin merasakan pilu.
"Maafkan aku selama ini berbohong kepadamu. Itu adalah salah satu pekerjaanku. Aku adalah salah satu anggota geng yang juga merampok toko saat kau sedang berbelanja dulu."
Deg! Rina berhenti menangis dan teringat kejadian di toko itu.
"Kalau begitu, jauhi aku." Rina menguatkan diri untuk tidak menatap mana Jordi. Laki-laki yang sudah memberikan keceriaan dihidupnya beberapa waktu lalu.
"Aku ngga mau! Sekuat apapun kamu melarangku, aku ngga akan pernah ngejauhin kamu. Aku tahu aku adalah laki-laki yang bejat, jahat, dan hina. Tapi aku juga punya hati. Dan hati ini sudah menunjuk kemana tujuannya. Itu kamu, Na!" Suara lembut dan tegas Jordi mengalir begitu saja, semua yang dikatakannya itu adalah jujur dari hatinya.
"Tapi aku ngga bisa. Tindakanmu itu membuatku ketakutan. Sekalipun aku tak melihatnya secara langsung."
Jordi menghampiri Rina dan menggenggam tangannya. "Aku ngga mau, Na."
Rina menatap laki-laki yang dicintai nya itu. "Kalau begitu, kau harus memilih. Aku atau geng mu itu? Dewasalah, kita sama-sama sudah dewasa."
Jordi terdiam cukup lama, membuat keheningan panjang diantara keduanya.
"Aku ngga bisa. Dua hal itu sangat berarti bagiku. Aku ngga bisa. Ngga bisa, Na." Jordi menggeleng lemah, pilihan itu sangat sulit bagi Jordi.
"Mana yang lebih membuatmu bahagia? Apakah bersama gengmu itu? Jika iya, maka aku yang akan mundur."
"Tapi, Na.."
"Kau ragu. Itu berarti kau memilih gengmu itu." Rina memotong ucapan Jordi. "Selamat tinggal dan terimakasih untuk beberapa waktu yang lalu." Ujar Rina sambil berjalan meninggalkan Jordi. Ya, Rina akan meninggalkan Jordi.
Perasaan Jordi diliputi kebingungan yang amat sangat. Dia tak mungkin meninggalkan kelompok yang sudah seperti keluarganya itu, dan dia juga tak mungkin meninggalkan Rina yang sudah berhasil mencuri hatinya. Rina adalah gadis pertama yang berhasil membuatya jatuh cinta. Bahkan Jordi baru tau seperti apa rasanya jatuh cinta.
Lama berpikir, Jordi akhirnya membuat sebuah keputusan. Jordi tahu dia harus merelakan salah satunya.
Rina masih merasakan sakit hati meski kejadian itu sudah terlewat. Masih teringat dengan jelas bagaimana bahagianya dia saat bersama Jordi. Tapi keputusan Jordi sebulan yang lalu seakan menyetakannya secara kasar ke tanah. Laki-laki yang dicintainya lebih memilih kelompoknya. Memang itu bukanlah salah Jordi sepenuhnya karna Jordi juga berhak memilih, Rina hanya merasa kecewa.
Rina lalu berjalan ke taman tempat pertama kali Jordi menolongnya. Tepat sebulan yang lalu, mereka berpisah ditempat mereka pertama bertemu. Taman itu menyimpan kenangan yang banyak bagi Rina. Taman itu menjadi tempat tandasnya kisah cinta dia dan Jordi.
Rina berjalan menuju salah satu kursi yang dulu di duduki oleh mereka. Kenangan akan kebahagiaan dulu perlahan mulai berputar. Rina menutup matanya agar lebih bisa menghayati kenangan itu.
"Ekhem." Suara berdeham itu menganggu kegiatan Rina, dia lalu membuka mata dan melihat kearah suara itu berasal. Lalu terkejut.
"Sudah lama ya kita tak duduk di kursi ini. Aku merindukannya." Seseorang disamping Rina mulai berbicara sambil menatap langit, mengenang saat dulu. Rina masih terdiam tanpa berniat mengeluarkan suara. Dia masih terlalu kaget melihat sosok yang sekarang duduk disampingnya.
"Bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu. Amat sangat rindu." Sosok itu tersenyum memandangi Rani.
"Baik." Jawab Rani sambil memalingkan wajahnya, menghindari bertatapan dengan sosok itu.
"Rina..." panggil sosok itu.
"Untuk apa kau kembali, Di? Aku sudah berhasil melupakanmu." Rina menatap sosok itu. Dan juga membohongi dirinya. Bagaimana bisa aku melupakanmu, kau terlalu sulit dilupakan, Di. Rina berkata dalam hati.
"Maaf kan kebodohanku dulu, Na. Maaf aku baru menemuimu sekarang. Maaf aku tak melakulan apapun untuk mempertahankanmu dulu. Maaf aku terlalu bodoh dan lama untuk berpikir. Dan maafkan aku terlalu egois untuk memilih semuanya. Maafkan aku membohongimu dan menyembunyikan kenyataannya. Maaf kan aku jika kata maaf saja tak cukup. Maaf, Na. Kumohon bisakah kita seperti dulu lagi?" Jordi mengenggam tangan Rina. Ingin rasanya Jordi memeluk Rina, memberikan ketenangan, kehangatan, dan kenyamanan seperti dulu kalau saja Jordi tak pernah menyakiti hati Rina.
"Aku sudah meninggalkan geng itu seminggu setelah kita berpisah." Lanjut Jordi.
"Kenapa kau baru menemuiku sekarang?" Tanya Rina. Tak tahukah dia bahwa aku sudah menunggu terlalu lama?
"Aku harus berkerja agar bisa terus bertahan hidup. Segala yang berhubungan dengan geng itu sudah kubuang. Termasuk harta yang kumiliki. Aku tak mungkin menemuimu dengan statusku yang tak mempunyai apapun. Aku harus setidaknya memiliki penghasilan." Terang Jordi.
"Kau bodoh." Ucap Rina.
"Ya, aku memang bodoh." Jordi meng-iya-kan perkataan Rina yang membuat Rina menangis. Jordi lalu memeluk Rina.
"Maafkan aku.." Sambil terus memeluk, Jordi mengucapkan permintaan maaf berkali-kali.
"Berhentilah meminta maaf. Aku tak akan memaafkan mu!" Rina melepaskan pelukan Jordi.
"Lalu aku harus bagaimana agar kita bisa seperti dulu lagi?" Tanya Jordi putus asa.
"Mulai lah dari awal sebagaimana kita dulu pertama bertemu." Ucap Rina sambil tersenyum penuh arti. Jordi memahami itu lalu kembali memeluk Rina. Mulai saat itu, mereka memulainya kembali. Jordi berjanji tak akan meninggalkan apa yang sudah diperjuangkannya itu.
Dua bulan kemudian, mereka berjalan-jalan kembali di taman itu. Saat sedang berjalan, entah karna apa Jordi terjatuh. Rina segera ikut berjongkok didekat Jordi.
"Kau tak apa? Ada yang sakit?" Tanya Rina khawatir.
"Tidak, aku tak apa. Tapi..."
"Tapi apa? Kau terluka?" Rina semakin khawatir.
"Tidak. Tolong bantu aku berdiri"
Rina membantu Jordi berdiri. Dan benar, dia tidak terluka atau apapun. Mereka kembali berjalan. Tiba-tiba Jordi berhenti melangkah. Rina yang menyadari Jordi tak berjalan disisinya langsung membalikkan tubuhnya.
"Ada apa?" Tanya Rina.
"Sepertinya aku menginjak sesuatu." Jawab Jordi sambil berjongkok.
"Apa yang kau injak?" Rina menghampiri Jordi.
"Ini." Jordi menunjukan sebuah cincin. "Menikahlah denganku." Jordi mengenggam tangan Rina yang masih terkejut dengan apa yang diperbuat Jordi.
"A.. Aku mau" Ucap Rani tergagap. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Matanya terasa perih dan memaksa butiran air mata mengalir. Rina terharu.
Jordi menyematkan cicin ke jari Rina. Lalu mencium punggung tangan Rina. Dan berdiri.
"Terimakasih" Ucap Jordi sambil memeluk Rina. Mereka berbahagia.
Taman itu benar-benar menjadi saksi cinta mereka. Bagaimana mereka bertemu, menjalani hari, bertengkar, berpisah, lalu memulai kembali, sampai mereka meresmikan hubungan dalam ikatan pernikahan.
No comments:
Post a Comment