Inilah keadaanku saat ini.
Penuh pikiran yang terpernjara. Malas meloloskan diri menjadi nyata.Terlalu egois memikirkan segalanya. Terlalu sayang melenyapkannya.
Tak bisa membagi, mana yang nyata dan mana yang fana. Semua mendapat porsi yang sama.
Saat tubuh berada dalam suatu kondisi, pikiran malah menuju kondisi yang lain.
Terus begitu sampai tak menemukan titik yang sama.
Entah apa yang salah.
Aku yang semakin tertinggal atau justru keadaan yang berubah terlalu cepat.
Aku yang terlalu lamban atau mereka yang begitu cepat melesat.
Aku yang terlalu menyukai ketidaknyataan atau mungkin manusia lainnya yang terlalu realistis.
Entah.
Kondisi ini sedikit banyak mempengaruhiku.
Ingin diluapkan, namun tak tahu apa yang diluapkan.
Ingin membeberkan, namun bingung apa yang mesti di beberkan.
Tak selamanya tertekan itu membuat suatu kemajuan.
Manusia ditekan untuk terus maju, namun banyak yang semakin terbelakang.
Terekan..
Suatu keadaan dimana kondisi luar lebih kejam dari kondisi didalam.
Paksaan!
Keadaan dimana lingkungan luar terlalu mendesak, menginginkan lebih, bahkan terburu-buru mencapai garis kemenangan.
Percayalah. Tertekan saat kondisi pikiranmu terpecah adalah cara perlahan untuk membuatmu kehilangan akal sehat.
Semacam ingin mengakhiri namun..
Masih mempunyai tanggung jawab.
Ingin menghilang namun tertarik kembali.
Ingin pergi namun tertahan.
Ingin berlari namun terikat.
Muak. Aku muak dengan keadaan ini.
Persetan dengan tujuan. Ini tidak adil. Segalanya terasa tidak adil!
Akhiri saja segalanya.
Maka mungkin aku akan tidur dengan tenang.
Tanpa perlu memikirkan hari esok,
Esok,
Esok,
Dan esoknya.
Sampai tersadar bahwa aku tak bisa lagi bertemu dengannya.
Semacam ingin mengakhiri namun..
Masih mempunyai tanggung jawab.
Ingin menghilang namun tertarik kembali.
Ingin pergi namun tertahan.
Ingin berlari namun terikat.
Muak. Aku muak dengan keadaan ini.
Persetan dengan tujuan. Ini tidak adil. Segalanya terasa tidak adil!
Akhiri saja segalanya.
Maka mungkin aku akan tidur dengan tenang.
Tanpa perlu memikirkan hari esok,
Esok,
Esok,
Dan esoknya.
Sampai tersadar bahwa aku tak bisa lagi bertemu dengannya.
No comments:
Post a Comment