Pages

Tuesday, December 8, 2015

Diam.

Seandainya kata-kata bisa terucap tanpa perlu bersuara. Mungkin semua takkan sesulit ini. Mungkin tak akan ada kebohongan. Mungkin segala sesuatunya menjadi lebih mudah. Atau mungkin sebaliknya.
Tak sedikit orang yang lebih memilih diam, padahal ada begitu banyak kata yang tertahan di lidahnya. Bagai sebuah buku yang masih tersegel rapih, berharap ada seseorang yang mau 'membacanya'.
Tapi nyata nya itu mustahil untuk saat ini.
Terkadang orang berpikir lain tentang diam. Atau malah salah mengartikan diam nya itu. Padahal dalam diamnya itu dia berteriak. Dalam diamnya itu dia selalu berkata jujur. Dalam diamnya itu dia marah. Tapi semuanya seakan terhalang oleh keadaan. Memaksanya kembali menelan mentah kata-kata itu. Menguncinya rapat dalam hati. Berharap ada orang yang menemukan kuncinya. Membantu mengeluarkan apa yang seharusnya, tanpa perlu lagi bersusah payah berusaha.
Aku iri.
Kepada orang-orang yang dengan mudahnya menumpahkan pikirannya. Orang-orang yang tak perlu lagi memilih kata mana yang harus dipilih, bagaimana penyusunannya, apa responnya, dan sebagai nya.
Iri kepada orang-orang yang dengan sadarnya mengatakan omong kosong. Tersenyum manis atas kebohongannya, lalu perlahan membunuh.
Kenapa aku tak bisa seperti mereka? Yang dengan mudahnya bersuara dengan lantang. Bersuara tanpa upaya.  Aku tak tahu.
Dan lagi-lagi aku hanya bisa terdiam.

No comments:

Post a Comment