Dia mulai merasa bosan dengan kehidupannya. Rasanya seperti ingin melakukan gebrakan baru dalam hidupnya, seperti kenakalan yang pernah di lakukannya dulu. Ah, kenakalan itu. Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk menikmati kehidupannya yang kelam dulu. Namun setelah perubahan besar itu, kenakalan yang dulu terasa tak menarik lagi. Dia memutuskan untuk menarik diri dari lingkungan sekitarnya. Dan lebih memilih untuk berdiam diri menikmati sisa waktunya. Tetapi nyata nya kehidupan itu lebih membosankan untuk dijalani. Dia kehilangan segalanya. Kehidupan yang dijalaninya membuat dia harus menelan kepahitan tentang kesendirian. Karena kehidupan itu benar-benar membuatnya sendirian.
Dia memang masih tertawa akan hal kecil di sekitarnya, namun itu tak berarti lama. Hanya sesaat lalu menghilang. Tawanya terbang melewati celah-celah yang ada dalam dirinya. Dan lagi-lagi dia merasa sendirian. Untuk waktu yang lama, dia tak pernah merasa seperti diperlukan lagi.
Dia telah berubah lagi untuk kesekian kalinya. Rasa sakit dan kehilangan yang pernah dirasakannya membuat dia lebih kuat dari sebelumnya. Dia lebih belajar banyak mengenai hidup dari rasa sakit itu, dan dia lebih banyak belajar tentang keikhlasan dengan adanya kehilangan. Semua nya yang pernah terjadi di hidupnya adalah hal-hal yang membuatnya terkagum akan kehidupan. Membuat dia berubah untuk lebih memaknai hidup.
Seseorang pernah mengatakan bahwa, kau tidak bisa di sebut hidup jika menutup mata dan telinga dari sekitar. Kau tidak pernah benar-benar hidup jika menutup diri dari lingkunganmu, kau hanya sekadar bernafas. Karena sesungguhnya kehidupan adalah tentang sebuah interaksi. Antar apapun itu.
Tuesday, September 13, 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment