Pages

Wednesday, May 27, 2015

Sekelebat asa dan rasa.

Apa aku salah?
Karna aku memiliki rasa yang berbeda kepadamu?
Sudah kesekian kalinya aku mengatakan tentang perasaan ini.
Tapi kau bertingkah seolah rasa ini hanya lelucon belaka.
Bertindak seolah aku hanya seorang pelawak, yang menghibur dengan kata-kata kiasan.
Tak jarang menyakiti diri sendiri agar orang lain dapat tertawa puas.
Kau tau? Terkadang aku tersenyum membaca kata-katamu, seolah tertuju untukku dan berharap demikian.
Tapi nyatanya, itu hanya khayalan belaka. Aku terlalu percaya diri.
Aku meyakini bahwa menunggu ini akan menghasilkan sesuatu. Tapi lagi-lagi, aku terlalu yakin.
Aku berniat untuk melupakan kisah ini, kisah yang bahkan takkan pernah ada.
Aku menarik nafas panjang untuk membantu melepaskan. Bahkan helaan nafas pun terasa menyakitkan. Apa kau tertawa? Jika iya, aku hanya bisa tersenyum menyadari betapa bodohnya diriku saat ini.
Apa aku menyesal? Tentu tidak.
Aku bahkan ingin berterimakasih kepada sikap dinginmu itu.
Karna sikapmu itu menyadarkanku.
Bahwa seseorang yang sangat kita inginkan adalah seseorang yang lebih baik tidak bersama kita.
Pertanyaan yang terpikir saat tulisan ini dibuat adalah : "Apakah aku mau?"
Dan jawabannya lagi-lagi tidak.
Apa aku terlalu egois karna memiliki perasaan ini?
Apa aku terlalu bodoh karna terlalu mengharap lebih dari rasa ini?
Atau aku terlalu bersikap kekanakan karna aku menginginkan dirimu?
Seperti anak kecil yang menangis saat tak bisa mendapatkan apa yang diinginkannya. Merengek berharap keinginannya terkabul.
Lalu marah saat tak bisa terwujud.
Aku tak lebih dari seorang anak kecil yang melakukan tindakan bodoh dan memiliki rasa yang berbeda kepadamu.
Hanya seorang anak kecil yang terlalu egois untuk mengalah.
Seorang anak kecil yang belum mengenal arti merelakan.
Anak kecil yang memiliki sifat kekanakan dan tingkah yang menyebalkan.
Kecil dan tak terlihat olehmu.
Tak kasat mata.
Hilang.
Pengganggu.
Tak penting.
Menyebalkan.
Aku.

No comments:

Post a Comment