Pages

Friday, November 14, 2014

Masih tentang dirimu yang ku nantikan.

Aku akan menceritakan tentang cinta, namun bukan cinta yang kumaksud sebelumnya. Cinta yang ini adalah cinta yang dirasakan oleh dua sejoli. Perasaan ingin saling memiliki. Dulu aku percaya bahwa cintaku adalah dia, tapi seiring berjalannya waktu, ternyata aku salah. Lalu datang orang lain, kukira itu cinta, tetapi bukan. Dia hanya orang yang singgah untuk  sementara waktu.

Terus begitu sampai aku bertemu dengamu. Seperti yang sudah-sudah, aku merasakan bahwa kau adalah cinta yang kutunggu, tapi lagi-lagi kenyataan pahit menghantam diriku. Kau bukanlah cinta yang ku harapkan, bahkan jauh dari yang ku bayangkan. Aku sedikit terluka dan kecewa
.
Luka itu sedikit demi sedikit berkurang. Aku mulai terbiasa dengan sikapnya, dan terbiasa tanpa dirinya. Lalu, datang seseorang yang lain. Seseorang yang meyakini bahwa cinta bukan hanya tentang berharap, tapi juga bertindak. Disini  aku menyadari satu hal, selama ini aku selalu berharap dan menanti, aku terlalu malu untuk memulainya dan lebih memilih menunggu selama yang kubisa.

Seseorang itu memberikan kekuatan untuk bangkit dan berpindah. Aku meyakinkan diriku bahwa aku bisa. Aku bisa dan semua berawal dari sini. Pembicaraan singkat yang terjadi selama beberapa waktu, sikap yang memberiku semangat, dan  tangan dinginnya yang memberi kehangatan. Sesaat membuatku terkagum-kagum. Aku mendengarkan setiap celotehannya dengan senyum, tertawa bersama dalam dinginnya malam, bahkan angina kencang dan hujan pun tak menghalangi tawa kami.

Percakapan yang terjadi antara aku dan dirinya malam itu, memberikan perasaan lain. Dia seakan memberikan isyarat tentang apa yang dirasakannya, aku tahu itu. Aku hanya membalas setiap katanya dengan guyonan dan mengikuti alur yang telah dibuat. Saat percakapan itu berubah karena kecerobohanku, aku merasakan ada yang berbeda. Setelah itu, kehampaan melanda.

Bukan karena aku tak peduli atau tak menangkap isyarat yang diberikan olehnya, aku hanya takut. Aku pernah mengalami hal yang sama, dan berakhir tak terduga. Aku takut hal demikian terjadi kembali. Memang aku menyembunyikan perasaanku agar tak terlihat olehnya, itu ku lakukan semata-mata agar aku bisa bersikap seperti biasa. Aku tahu aku salah, aku hanya berusaha agar tak kecewa untuk kesekian kalinya. Dan aku berharap dia menyadarinya.

Cinta…ini masih tentang dirimu yang ku nantikan. Entah sampai kapan kata menanti akan selalu menghiasi tulisan burukku ini. Entah sampai kapan kegalauan menjadi ciri dari tulisanku. Entah apa yang akan terjadi kelak jika aku tak berhasil menemukanmu. Apakah aku akan terus bertahan dalam penantian? Apakah aku selamanya akan berharap?  Entahlah, aku tak tahu.

No comments:

Post a Comment