Aku akan menceritakan
tentang cinta, namun bukan cinta yang kumaksud sebelumnya. Cinta yang ini
adalah cinta yang dirasakan oleh dua sejoli. Perasaan ingin saling memiliki.
Dulu aku percaya bahwa cintaku adalah dia, tapi seiring berjalannya waktu,
ternyata aku salah. Lalu datang orang lain, kukira itu cinta, tetapi bukan. Dia
hanya orang yang singgah untuk sementara
waktu.
Terus begitu sampai
aku bertemu dengamu. Seperti yang sudah-sudah, aku merasakan bahwa kau adalah
cinta yang kutunggu, tapi lagi-lagi kenyataan pahit menghantam diriku. Kau
bukanlah cinta yang ku harapkan, bahkan jauh dari yang ku bayangkan. Aku
sedikit terluka dan kecewa
.
Luka itu sedikit demi
sedikit berkurang. Aku mulai terbiasa dengan sikapnya, dan terbiasa tanpa
dirinya. Lalu, datang seseorang yang lain. Seseorang yang meyakini bahwa cinta
bukan hanya tentang berharap, tapi juga bertindak. Disini aku menyadari satu hal, selama ini aku selalu
berharap dan menanti, aku terlalu malu untuk memulainya dan lebih memilih
menunggu selama yang kubisa.
Seseorang itu
memberikan kekuatan untuk bangkit dan berpindah. Aku meyakinkan diriku bahwa
aku bisa. Aku bisa dan semua berawal dari sini. Pembicaraan singkat yang
terjadi selama beberapa waktu, sikap yang memberiku semangat, dan tangan dinginnya yang memberi kehangatan.
Sesaat membuatku terkagum-kagum. Aku mendengarkan setiap celotehannya dengan
senyum, tertawa bersama dalam dinginnya malam, bahkan angina kencang dan hujan
pun tak menghalangi tawa kami.
Percakapan yang
terjadi antara aku dan dirinya malam itu, memberikan perasaan lain. Dia seakan
memberikan isyarat tentang apa yang dirasakannya, aku tahu itu. Aku hanya
membalas setiap katanya dengan guyonan dan mengikuti alur yang telah dibuat.
Saat percakapan itu berubah karena kecerobohanku, aku merasakan ada yang
berbeda. Setelah itu, kehampaan melanda.
Bukan karena aku tak
peduli atau tak menangkap isyarat yang diberikan olehnya, aku hanya takut. Aku
pernah mengalami hal yang sama, dan berakhir tak terduga. Aku takut hal
demikian terjadi kembali. Memang aku menyembunyikan perasaanku agar tak
terlihat olehnya, itu ku lakukan semata-mata agar aku bisa bersikap seperti
biasa. Aku tahu aku salah, aku hanya berusaha agar tak kecewa untuk kesekian
kalinya. Dan aku berharap dia menyadarinya.
Cinta…ini masih
tentang dirimu yang ku nantikan. Entah sampai kapan kata menanti akan selalu
menghiasi tulisan burukku ini. Entah sampai kapan kegalauan menjadi ciri dari
tulisanku. Entah apa yang akan terjadi kelak jika aku tak berhasil menemukanmu.
Apakah aku akan terus bertahan dalam penantian? Apakah aku selamanya akan
berharap? Entahlah, aku tak tahu.
No comments:
Post a Comment