Pages

Friday, November 7, 2014

Pertemuan adalah perpisahan

                Aku pernah bertemu seseorang. Dia tersenyum dan mengatakan beberapa kata. Sambil terus tersenyum dia mendengarkan aku menjawab. Lalu kami berpisah. Aku sempat tersesat. Dan dia datang untuk menolongku, seakan aku dan dirinya sudah mempunyai ikatan batin. Lalu kami berpisah lagi. Pertemuan pertama memberikan kesan tersendiri bagiku.

                Tiba di tempat tujuan, aku mengedarkan pandanganku, berharap menemukan sosoknya. Namun, nihil yang ku terima. Dan aku meyakini, ini hanya kagum sesaat. Seakan dia mendengar seruan hatiku dan menolak yang ku yakini tadi, sosoknya muncul di hadapanku. Dengan lucunya dia memperkenalkan diri. Aku tersenyum, melihat tingkah lakunya. Dan semua berawal dari sini.

                Siapa yang menyangka aku akan terus bertemu dengan dirinya? Berbicara, bercanda, tertawa, pernah ku lakukan bersama dirinya. Lalu kami  dekat untuk beberapa saat. Tak ada rasa canggung seperti saat pertama bertemu, kini kami berteman. Saling mendengarkan keluh kesah satu sama lain, menceritakan tentang kehidupan masing-masing, dan segala hal yang membuat kami tertawa bersama.

                Semua baik-baik saja sampai seseorang menyadarkan ada hal yang berubah dari diriku. Perasaanku. Dan aku baru menyadari, bahwa aku menginginkan lebih dari sebuah pertemanan. Aku ingin, dia dan aku menjadi kita, bukan hanya kami.

                Tapi yang ku lakukan salah. Aku terlalu terobsesi dengan kata ‘kita’, dan dia tetap bertahan dalam ‘kami’. Obsesi itu membuatku bodoh dalam bertindak. Aku kehilangan dirinya..

                Sekarang aku dan dia seperti tak mengenal satu sama lain. Kami berjauhan, walau dekat. Ada jarak yang jauh dan dalam untuk di loncati. Kini, kami memilih sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tak ada canda dan tawa seperti dulu. Itu kenangan. Lalu kami berpisah lagi, dan tak ada pertemuan selanjutnya..
Pertemuan itu kini adalah sebuah perpisahan..

No comments:

Post a Comment