Pages

Friday, November 7, 2014

Memang mata tak bertulang

"Kamu bohong!"
"Aku ngga bohong"
"Coba kamu jawab sambil tatap mata aku, kamu ngga berani, kan?" Dan dia hanya terdiam. Mata memang tak bisa berbohong..

Itu adalah salah satu cuplikan yang ngga asing di telinga kita. Tapi, apa iya kita bisa mengetahui kebenaran hanya dari tatapan matanya? 
Dikutip dari Tempo.co.id yang menyatakan bahwa penelitian di Inggris mengatakan hal itu hanya mitos. Kok bisa? Ini penjelasannya.
Kaitan antara gerakan mata dan kejujuran merupakan elemen kunci dari neuro-linguistic programming (NLP), sebuah metode untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dengan pendekatan psikologis. Salah satu aspek NLP, yakni mengajari seseorang tentang hubungan antara gerakan mata dan pikiran. Menurut teori ini, ketika seseorang bukan kidal melirik ke kanan, mereka kemungkinan akan memvisualisasikan peristiwa yang "dibangun" atau dibayangkan. Sebaliknya, jika mereka melirik ke kiri, kemungkinan besar orang itu akan memvisualisasikan sebuah ingatan dari dalam otaknya. Untuk alasan ini, tatkala seorang pendusta membangun kebenaran berdasarkan versinya sendiri, matanya cenderung melirik ke kanan. Para ilmuwan meneliti perilaku dua kelompok responden dan merekam gerakan mata kelompok pertama ketika berkata jujur atau berbohong. Responden dari kelompok kedua diminta menonton rekaman itu dan mencoba mendeteksi kebohongan dengan mengamati gerakan mata kelompok pertama. "Hasil penelitian pertama menunjukkan tidak ada hubungan antara berbohong dan gerakan mata," kata profesor Richard Wiseman, psikolog dari Hertfordshire University.  Caroline Watt, peneliti dari Edinburgh University, menyatakan teori mata dan kebohongan tersebut tidak lagi relevan. “Sudah waktunya meninggalkan pendekatan tersebut untuk mendeteksi kebohongan," katanya. 
Nah cukup jelas, kan? Jadi, kalau ada yang bilang "Liat aja matanya, kalau gerak ke kanan atas, berarti dia bohong" langsung di cubit ajaaa, terus bilang "Itu mitos tau!" Hahaha..

Tapi sampai saat ini, masih ada aja orang yang percaya kalau mata ngga bisa bohong. Seperti saat wawancara, ini pengalaman gue loh. Jadi, ceritanya gue lolos tahap pertama sebuah tes, dan dilanjutin sama wawancara. Gue yang ngga berani ketemu orang baru dan selalu bingung kalau di tanya, langsung takut gitu. Hasilnya ya gue deg-degan, tangan gue dingin, dan mules. Tapi, orang-orang pada bilang "Ga usah takut, itu cuma ditanyain keseharian aja. Yang penting mah jangan bohong", dan gue mikir "Kenapa kita harus bohong? Toh, bener pun dia ngga akan tau. Dia ngga kenal kita". Setelah berjuang melawan takut, deg-degan, mules, dan kawan-kawannya, tibalah giliran gue di wawancara.

Gue masuk ke ruangan itu, dan disana gue terdiam. Bukan karena gue kecewa ngeliat pewawancaranya udah berumur, tapi karena view dibelakang si pewawancara. Biar lebih singkat sebut saja si pewawancara itu adalah Pak Joko, entah kenapa gue geli aja denger kata joko, yang diucapkan sambil monyong-monyong gitu hahaha..oke kembali ke cerita.

Pemandangan di belakang Pak Joko adalah gedung-gedung, bangunan, dan pohon yang dilihat dari lantai 11. Jendela yang berbentuk persegi panjang itu, makin negasin pemandangan tadi seakan-akan adalah sebuah lukisan. Gue yang ngga pernah ngeliat pemandangan begitu kalau dirumah, dibuat terkesan-kesan dan terkagum-kagum sampai lupa tujuan awal gue masuk ke ruangan itu. Dan, sebuah suara, menarik kembali gue ke kesadaran akan tujuan gue, yaitu wawancara.

Sambil nyengir-nyengir malu gue duduk. Dan, mulai lah wawancaranya. Sepanjang wawancara, tatapan mata Pak Joko ngga pernah terlepas dari mata gue. Dan gue, yang masih terkagum sama pemandangan tadi, sesekali ngelirik kebelakang Pak Joko, tapi gue ngeliriknya ke arah kanan yang secara otomatis bola mata gue bergerak ke arah kanan atas. Entah itu cuma pendapat gue atau bukan, Pak Joko ini tatapannya bener-bener tertuju ke mata gue, mungkin dia mikir kalau gue itu berbohong karena mata gue ke arah  kanan. Gue yang takut dan deg-degan secara spontan menjawab "Ngga tau" kalau ditanya sesuatu yang emang ngga tau, seharusnya kan kita jawab sepengetahuan kita walau kita ngga tau. Karena kata ngga tau itu akan menimbulkan banyak pertanyaan. Singkat cerita, wawancaranya selesai dan gue gagal. Entah karena kalimat "Ngga tau" atau karena mata gue ngelirik ke kanan, yang pasti gue ngga lolos ke babak selanjutnya, ceilah babak..

Jadi, itulah pengalaman wawancara gue yang sedikit banyak berkaitan sama pernyataan kalau mata ngelirik ke kanan atas berarti dia bohong. Smoga ini bermanfaat buat kalian para pembaca sekalian. Pesan dari gue kalau lagi wawancara : jangan pernah mengabaikan pewawancara karena lebih tertarik sama selain pewawancara itu. Sekian~

No comments:

Post a Comment